Muh Ngirhason (nomor 4 dari kanan) saat menerima penghargaan di Kemenag Jateng (Rabu,14/5/25)
KLATEN – Muh Ngirhason penyuluh agama islam asal
Klaten berhasilkan mengharumkan Kota Bersinar di ajang Lomba Penyuluh Agama
Islam (PAI) Award 2025 yang digelar Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.
Penyuluhan unik dengan mascot boneka karakter Mocu dan Mbah Imanto,
pemuda asal Mojayan, Klaten itu berhasil mengalahkan rival – rival yang lain
dari Kabupaten Kota se Jawa Tengah.
Muh Ngirhason yang akrab disapa Kak Irhas kepada
marimenyeru.com Kamis pagi (15/05/25) mengaku terus berinovasi dalam metode
dakwahnya. Ia mengandalkan media sosial untuk mengajak anak – anak dekat dengan
islam.
“Saya banyak mengisi pengajian anak-anak TPA. Hadis
– hadis pendek misalnya ajakan tersenyum itu sedekah, tidak marah dan berbakti
kepada orang tua itu banyak anak-anak tidak hapal. Padahal main hape mereka
berjam-jam. Maka setelah mengaji dengan mereka saya kordinasi dengan ustadz
ustadzah pengasuhnya, saya kirimkan konten video itu untuk anak-anak
hapalkan. Itu metode pendekatan dakwah
yang saya lakukan melalui media sosial” jelasnya.
Penyuluh yang tercatat sebagai ASN Kemeneterian
Agama Klaten dan ditugaskan di Kecamatan Jatinom itu mengaku memilih boneka
untuk menyampaikan pesan-pesan islam.
“Saya menggunakan boneka yang saya beri nama Mocu alias monyet lucu. Ada juga Mbah
Imanto atau Imane Ditoto. Jadi boneka itu lebih mudah diterima jamaah. Tentunya melalui suara yang disesuaikan,
misalnya suara kakek-kakek Mbah Imanto itu sendiri. Metodenya bernama ventriqulist yakni
berbicara dengan nafas perut saat bercerita” tambahnya.
Rencananya Kak Irhas Kembali akan bertarung diajang
PAI Award Tingkat Nasional. Sebagai
persiapan ia mengatakan akan banyak mengandeng jejaring.
“Anak – anak TPA yang sudah hapal 20 hadis itu rencana
akan saya wisuda. Jadi anak TPA itu
tidak saja dapat ceramah, tapi diuji kemampuan menghapal hadis – hadis pendek
untuk diamalkan dari pesan boneka Mocu dan Mbah Imanto. Selain itu konten
– konten video yang saya unggah di akun facebook, tik-tok atau youtube rencana
mau saya tambah website. Dakwah di era
digital itu harus menyesuaikan” pungkasnya.
Penulis Joko Priyono Klaten