KLATEN – Pemerintah Desa Sabranglor, Kecamatan Trucuk, Klaten menggarap potensi pemancingan untuk daya tarik wisata dan pendapatan. Sumber mata air atau blumbang yang ada di pinggir jalan desa dibangun kekinian untuk arena pemancingan.
Anemo masyarakat pun sangat baik. Warga Sabranglor yang gemar memancing padat berjajar memenuhi tepian blumbang saat dibuka perdana untuk umum (Minggu,14/08/22)
Pendamping Desa Sabranglor Fajar Ari Widodo (35) saat diwawancara via telepon (Senin,15/08/22) menjelaskan blumbang di desanya konon dikenal tempat angker. Tapi oleh kepala desa setempat dibangun kembali sehingga menarik untuk dikunjungi,
“Dulu mitos orang Blumbang Sabranglor itu tempat angker. Kata simbah-simbah dulu, katanya ada ular besar di sekitar blumbang. Tapi ternyata ular itu tidak ada. Saat dibangun kala itu tidak ditemukan ular besar. Kini tempat angker itu bisa menjadi arena publik yang menarik untuk memancing ikan” kata Ari.
Pria yang juga youtuber Sabranglorkita itu menuturkan awalnya pembukaan Blumbang Sabranglor untuk warga setempat. Ke depan kata Ari, tempat itu akan jadi obyek wisata lengkap dengan kuliner desa.
“Di sebelah timur blumbang sudah disiapkan arena kuliner lengkap dengan fasilitas tolietnya. Ikan nila, lele dan bawal bisa dipancing di Blumbang Sabranglor. Ke depan akan dibuka untuk umum. Kami tunggu kedatangannya para mancing mania” pesan Ari.
Penjabat kepala Desa Sabranglor Budhi Andrianto, seperti rilis yang diterima mengatakan pemancingan Blumbang Sabranglor akan digarap sebagai sumber pendapatan. Harapannya lain dia menginginkan ekonomi warga juga meningkat.
“Saya berharap masyarakat Sabranglor bisa ikut berperan merawat blumbang ini. Terpenting adalah kebersihan lingkungan blumbang. Belakangan ini animo masyarakat untuk mancing ikan sangat baik. Terbukti dari banyaknya dibuka tempat pemancingan di beberapa daerah. Semoga Blumbang Sabranglor bisa lebih maju”” tambahnya.
Awalnya Blumbang Sabranglor adalah bendungan kuno yang hampir tak pernah dijamah. Atas inisiatif Pemerintah Desa Sabranglor bendungan kuno zaman Belanda itu direnovasi. Tempat yang awalnya angker, kini anak-anak sampai orang tua, laki dan perempuan gemar berkunjung.
Bukan saja menikmati air yang bening, sambil memancing nila, lele atau bawal bisa dibawa pulang untuk menambah gizi keluarga.
Penulis Joko Priyono Klaten
