KLATEN - Berselancar di media sosial tidak selalu berakhir indah. Orang bisa mendadak terkenal dengan medsos, tapi juga tak sedikit berujung pahit, yakni mendekam di terali jeruji besi, jika tidak berhati-hati.
Maka pastikan ketika bermedos itu harus cerdas dan bijak. Penggunaan pesan medsos itu kata kuncinya adalah nilai manfaat dan berpijak pada kebenaran dalam bermedsos.
Sub Kordinator Layanan Informasi dan Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Klaten, Joko Priyono, saat mengisi acara Literasi Digital bagi 40 warga difabel di Balai Latihan Kerja (BLK) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Klaten (Sabtu, 13/08/22) mengajak masyarakat untuk menggunakan berhati-hati bermedsos.
"Tehnologi saat ini dalam genggaman. Maka hati - hati menggunakan jari jempol. Pastikan saat bermedia sosial itu punya tujuan yang jelas. Misalnya cari informasi, jual beli, bersilaturahmi atau berdakwah. Hal itu prinsip. Jadi konten yang tidak berguna akan dihindari" jelasnya.
Dikatakan pria lulusan Ilmu Komunikasi Fisipol UNS Surakarta kalau kehati-hatian itu sifat orang beriman. Hal itu sangat disadari karena menurutnya komentar yang tidak berguna itu akan ditinggalkan.
“Jadi orang beriman itu akan meninggalkan urusan tiada berguna. Bahkan bagi siapa saja yang percaya adanya Tuhannya dan hari perjumpaan yang abadi (hari kiamat), ia akan selalu berkata baik atau memilih diam. Hal itu prinsip dasar bagi seorang beriman” pesannya.
Joko Priyono juga menegaskan bahwa tidak akan menyatu dalam diri orang beriman itu sifat bohong.
“Ketika tehnologi dalam genggaman maka setiap orang bisa menjadi sumber informasi. Jangan mudah berbohong, biar pun sekedar bercanda. Diam itu lebih baik jika harus berkomentar tanpa dibimbing ilmu. Kebenaran dannilai manfaat harus menjadi perilaku saring sebelum sharing” pungkas warga yang tinggal di Kerun Baru, Belangwetan, Klaten Utara itu.
Penulis Joko Priyono Klaten.