Sholat menjadi amal ibadah yang istimewa bagi Sang Pencipta. Di sana ada bukti ketaatan sekaligus keteringatan seorang hamba sepanjang waktu. Terselip doa-doa kepasrahan dalam kelemahan diri dan permohonan kekuatan. Ada juga sanjungan hamba kepada Sang Kholik sebagai wujud kesyukuran.
Maka tak heran sholat menjadi ibadah yang paling sempurna bukti kesejatian iman. Tak heran bobot sholat begitu tinggi. Keisitiqomahan menjaga sholat akan berbalas pahala dan ampunan. Sebaliknya siapa yang lalai, bakal jatuh pada kekufuran dan kekafiran.
Tapi ada satu rahasia keunggulan yang banyak tidak disadari dibalik ibadah sholat. Sholat bukanlah sekedar ibadah rutinitas, berulang dan berulang. Sholat bukanlah sujud di masjid yang sama, berikut jamaah yang sama di bawah komando imam yang hafidz qur’an.
Sholat juga bukan sekedar menghiasi waktu. Menghiasi warna jingga di ufuk timur, ketika embun-embun masih tenang bersemayam di pucuk-pucuk daun, di antara kokok ayam sampai ujung malam ketika matahari pulang ke peraduan.
Sholat juga bukan sekedar dimaknai kaki yang dipaksa melangkah. Syarat yang menyertai juga bukan sekedar air wudlu setia membasahi wajah, tangan dan kaki, untuk melucuti kekotoran najis yang melekat.
Justeru dalam keistiqomahan yang berulang, gerakan dan bacaan yang mengiringi, tersimpan makna sekaligus rahasia Sang Pencipta. Yakni rahasia penjagaan Tuhan atas seorang hamba yang ikhlas menjaga sholatnya.
Apa penjagaan itu?
Penjagaan itu adalah menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan munkar.
Sesungguhnya sholat bisa mencegah dari perbuat keji dan mungkar (QS: Al Ankabut 45)
Manusia yang tegak sholatnya tidak akan mudah jatuh dalam dosa dan maksiat.
Hamba yang tegak sholatnya akan selalu menjaga cinta suci atas pasangannya dan pantang mengkhianati dengan tega berbuah selingkuh dan zina.
Hamba yang tegak sholatnya akan menjaga sungguh-sungguh amanah dan sumpah janjinya, tidak dlolim terhadap sesama, jujur dan adil menegakan hukum, tidak juga serakah mengambil harta negara dengan kekuasaaanya.
Hamba yang tegak sholatnya, dia akan menjaga panca inderanya. Matanya akan terjaga dari tontonan haram. Telinga mendengarkan kebaikan saja. Tangan lembut penuh kasih sayang. Mulutnya pantang berkata dusta, apalagi tajam menyayat perasaan saudaranya. Kakinya pun pantang melangkah ke tempat maksiat.
Inilah sifat wara’. Sifat keterjagaan yang dibangun dari keistiqomahan menjaga sholat.
Sebaliknya siapa yang lalai menjaga sholatnya, maka manusia akan mudah terjerumus dosa. Ia akan lalai dengan Tuhan-nya. Lupa bersujud dan bersyukur. Keindahan dan kesibukan di dunia itu adalah kenikmatan, seolah di sana letaknya surga.
Sahwatnya diumbar tidak ada lagi rasa malu. Harta - hartanya ditumpuk dan terus ditumbuk menjadi istana - istana megah di dunia. Tak penting halal haram. Diabaikannya kebenaran. Tak ada gunanya untuk berbagi kasih sayang dengan sesama.
Sungguh dunia telah dijadikan surga dalam kehidupannya. Inilah jiwa - jiwa yang telah melalaikan sholatnya.
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta atas apa yang diinginkannya berupa perempua-perempuan, anak-anak, harta nbenda yang bertumpuk-tumpuk dari emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah -lah tempat kembali yang baik (QS: Ali Imron 14).
Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
Penulis : Joko Priyono Klaten.