KLATEN - Karena menjaga sifat wara (kehati-hatian), seorang muslim sangat menjaga tutur katanya. Dia tidak mudah berkata dusta biar pun sekedar bercanda. Lidahnya tidak mudah menyakiti orang lain yang berakhir dosa.
Dia pun tidak mudah asyik memperbincangkan cacat kekurangan orang lainn, karena sangat sadar bahwa dirinya pun bukan manusia sempurna.
Mengutip dari portal Republika.com, bahwa dalam Alquran, setidaknya disebutkan ada tujuh jenis perkataan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Pertama, qawlun ma'rufan (perkataan yang baik). Perkataan jenis ini identik dengan kesantunan dan kerendahan hati. Alquran mensinyalir bahwa mengucapkan qawlun ma'ruf lebih baik daripada bersedekah yang disertai kedengkian (QS Albaqarah [2]: 263).
Kedua, qawlun tsabitan (ucapan yang teguh). Perkataan ini punya argumentasi yang kuat serta dilandasi keimanan yang kokoh. Tidak ada keraguan yang menyelimutinya. Kezaliman yang nyata patut dihadapi dengan perkataan jenis ini (QS Ibrahim [14]: 27).
Ketiga, qawlun sadidan (perkataan yang benar). Tiada dusta dan kebatilan dalam ucapan ini. Kata sadid berasal dari sadda yang berarti menutup, membendung, atau menghalangi. Qawlun sadid yang diucapkan berfungsi untuk mencegah terjadinya kemungkaran dan kezaliman. Bukti ketakwaan seorang Mukmin di antaranya gemar mengucapkan perkataan ini (QS Al-Ahzab [33]: 70).
Keempat, qawlun baliqho (ucapan yang efektif dan efisien). Ini adalah jenis ucapan yang cermat, padat berisi, mudah dipahami, dan tepat mengenai sasaran alias tidak ngelantur. Tipe perkataan seperti ini akan berpengaruh kuat bagi pendengarnya (QS Annisa [4]: 63).
Kelima, qawlun kariman (perkataan yang mulia). Ia adalah tutur kata yang bersih dari kecongkakan dan nada merendahkan atau meremehkan lawan bicara. Terdapat semangat memuliakan, menghormati, dan menghargai terhadap lawan bicara dalam qawlun karim tersebut (QS Al-Isra [17]: 23).
Keenam, qawlun maysuro (ucapan yang layak dan pantas). Maysur arti asalnya adalah yang memudahkan. Ucapan ini mengandung unsur memudahkan segala kesukaran yang menimpa orang lain, dan menghiburnya guna meringankan beban kesedihan (QS Al-Isra [17]: 28).
Ketujuh, qawlun layyinan (tutur kata yang lemah lembut). Kelembutan diharapkan dapat menundukkan kekerasan, sebagaimana air dapat memadamkan api. Inilah pesan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ketika keduanya hendak menghadap Firaun yang lalim (QS Thaha [20]: 44).
Rasulullah SAW pun mengingatkan, "(Muslim terbaik) ialah yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya (perbuatannya)" (HR Bukhari dan Muslim).
Semoga lisan, tulisan, dan tindakan kita, senantiasa sesuai dengan tuntunan Ilahi dan para nabi, aamiin.
Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
Penulis : Joko Priyono Klaten.