Kalau ada binatang yang penuh hikmah, salah satunya adalah lebah. Sang Pencipta menuliskan kisah lebah ini dalam al quran, agar manusia mau mengambil banyak pelajaran.
Lebah menjadi salah satu contoh ayat qouniyah. Serpihan dari alam berupa makluk kecil yang istimewa.
Berbeda dengan ayat qouliyah. Kita harus membuka kitab suci al quran dan hadist untuk belajar mengenal Tuhan dan kekuasaannya.
Dan perut lebah keluar madu yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusisa. Sungguh pada yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasan Allah bagi orang berpikir (An Nahl : 69)
Mengenal Tuhan adalah puncak dari ibadah. Agar ibadah itu mengantarkan manusia pada hakekat hidup, maka ibadah itu harus dituntun ilmu yang benar. Dari situlah kemudian manusia menjadi mengenal dan lebih dekat dengan Tuhannya.
Sang pencipta menyinggung manusia yang punya mata tapi buta. Ada manusia yang memiliki telinga tapi tuli. Tidak sedikit hamba yang punya hati tapi mati. Hidupnya seolah mayat berjalan ke sana ke mari.
Ia buta membaca kekuasaan Sang Pencipta biar pun dibentangkan langit yang perkasa dengan bintang gemintang yang bertaburan. Telinga tuli dari suara kebenaran. Hati manusia pun keras tidak bisa ditembus cahaya kebenaran.
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al Araf ; 179)
Lalu apa istimewanya lebah sehingga menulisnya indah dalam al quran sebagai pelajaran hidup bagi manusia?
1. Belajar hidup rukun
Kehidupan lebah gemar kumpul bersama. Hidup rukun dan kompak dalam mencapai tujuan yang sama. Contohnya saat membuat sarang rumah. Mereka berbagi tugas sesuai peran. Tidak ada rasa iri dalam bekerja. Semua disesuaikan dengan perannya masing-masing. Ia tidak sibuk mengurusi urusan orang lain. Tapi lebah fokus dengan peran dan tanggung-jawabnya.
2. Selalu makan yang halal
Lebah selalu makan makanan yang berkualitas. Ia tidak akan pernah mengambil dan menyerobot hak orang lain, karena sadar kalau makanan yang halal itu akan menghasilkan sesuatu yang baik dan berkah. Pun juga sebaliknya dengan makanan yang haram.
Maka manusia jangan pernah sekali-kali makan makanan yang haram, bukan haknya atau dlolim (menganiaya) orang lain.
Hai manusia, makanlah makanan yang halal dan baik yang ada di bumi dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyta bagimu (QS : Al Baqoroh :168)
3. Suka bekerja keras
Islam tidak mengajarkan kemalasan. Bahkan tangan yang kasar karena bekerja keras lebih Tuhan cintai. Bekerja keras untuk memperoleh harta yang halal adalah salah satu amanah.
Sang Pencipta pun sangat menghargai manusia yang bekerja sungguh-sungguh biar pun punggungnya harus menghitam disengat panas mentari.
Tuhan balas lelah dan keringat manusia yang suka bekerja keras itu dengan digugurkannya dosa-dosanya.
Lebah adalah teladan bekerja keras. Pagi, siang sampai sore ia terbang mencari makan, dan baru pulang sarang dalam lelah dipelukan malam.
4. Hidup selalu memberi manfaat.
Lebah hidup menghisap saripati bunga. Bersama angin yang semilir, kakinya menginjak putik-putik bunga bersama tiupan angin yang berhembus.
Apa jejak kakinya? Bunga-bunga itu mekar lalu menjelma menjadi bakal buah yang nanti bermanfaat.
Maka manusia harus berorientasi pada kebaikan. Keberadaanya memberi manfaat dan ketidak-beradaannya akan dicari. Di situlah kehidupan manusia akan menjadi berkah.
5. Kuat dengan prinsip yang teguh
Lebah bukan binatang pengganggu. Tapi sekali diganggu, ia akan kompak membela diri. Prinsip inilah yang harus dimiliki setiap muslim. Kecintaannya kepada islam dan Tuhannya, maka ia setiap muslim akan ridlo untuk berkorban.
6. Punya sifat terjaga
Lebah adalah binatang yang suci. Ia tinggal ditempat yang baik, makan yang halal dan mengeluarkan zat yang nikmat bermanfaat. Manusia pantang membuat kerusakan, karena menyakini kehadirannya di muka bumi untuk memberi rahmat dan kebaikan.
Penulis : Joko Priyono Klaten.