MMC Media – Siapa warga bangsa yang tak mengenal tokoh
mahsyur seorang Jenderal Besar Sudirman.
Pahlawan di masa kemerdekaan itu sangat ditakuti penjajah Belanda kala
itu dengan strategi perangnya yang jitu melumpuhkan musuh, perang gerilya.
Taktik perang gerilya yang dilakukan Jenderal
Sudirman dan pasukannya benar – benar bikin Belanda kelimpungan. Menyerang di
waktu malam, memukul dengan serangan mendadak di saat musuh terlelap lalu
sekejap hilang bak ditelan bumi membuat penjajah Belanda kehilangan akal dan
menderita kekalahan.
Padahal rakyat Indonesia dan Belanda mengetahui,
pahlawan kelahiran Purbalingga, 24 Januari 1916 itu sedang menderita sakit
keras. Sakitnya bukan main – main. Jenderal
Besar Sudirman mengindap kanker paru – paru akut.
Itulah kehebatan Jenderal Sudirman. Sakit paru – paru yang diderita tak
mengalahkan jiwa dan semangatnya untuk berjuang melawan kebengisan penjajah.
Itulah jiwa besar seorang pahlawan teladan. Jiwa
yang besar itu mampu mengalahkan badannya yang lemah. Sakit itu tak mampu menghentikan langkahnya
untuk terus berjuang memperjuangkan sebuah kemerdekaan.
Presiden Sukarno pun mengakui semangat perjuangan
Jenderal Sudirman sewaktu memimpin menjadi presiden pertama RI. Bahkan sang presiden minta Sudirman istirahat
berperang. Tak terkecuali Sri Sultan Hamengku Buwana IX, raja Kasultanan
Keraton Yogyakarta pun takjub dengan pengorbanan pejuang sekaligus mantan
santri KH Busyro Syuhada pimpinan pondok pesantren di Kecamatan Bawang,
Banjarnegara itu (TribunBanyumas.Com).
Keislaman seorang Sudirman ditempa sejak muda. Setelah
nyantri dengan KH Busyro Syuhada, Sudirman muda beralih menjadi guru ngaji di
sekolah dasar. Tahun 1936 Sudirman dipercaya menjadi Ketua Pemuda Hisbul Wathan
di Kabupaten Cilacap. Padahal usianya
masih terhitung belia, yakni 20 tahun.
Tapi kemampuan dakwahnya sudah mumpuni. Ia tak
canggung harus berdiri memberi ceramah di atas mimbar, biar pun usianya masih
sangat muda. Maka tak heran biar pun
terhitung muda, kematangan dan jiwa kepemimpinan Sudirman diakui banyak
kalangan yang kelak menempa dirinya menjadi sosok tangguh.
Ada cerita unik dibalik perjuangan gerilya Jenderal
Besar Sudirman. Suatu malam rumah beliau
dikepung Belanda. Banyak yang bilang setiap dikepung musuh, Jenderal Sudirman
selalu lolos.
Menurut cerita, malam itu saat rumah dikepung
Belanda, sang Jenderal sembunyi di parit – parit selokan pinggir desa alias
grumpul. Beliau sembunyi dibalik semak – semak. Herannya, pasukan Belanda
mondar – mandir ditanggul dekat semak tempat beliau sembunyi. Anehnya, pasukan itu seolah buta. Mereka tak
melihat dimana Sudirman berada.
Padahal andaikan saja, sang jenderal batuk karena
sakit paru – parunya, tentu dengan mudah pasukan Belanda menemukan titik
persembunyiaan. Tapi itulah bukti pertolongan Allah SWT. Jenderal Sudirman tidak batuk dan akhirnya
selamat dari sergapan musuh.
Banyak yang bilang Panglima Besar Jenderal Sudirman
punya jimat keramat. Tapi sangkaan itu
tidak benar. Beliau tidak menyimpan jimat atau benda ampuh yang dikeramatkan.
Menurut Ganang Priyambodo, cucu Jenderal Sudirman
seperti ditulis Okezone.Com melansir dari RRI.Net. Offecial mengatakan kalau
pahlawan yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta itu
tidak punya jimat.
Banyak yang mengatakan Jenderal Sudirman orang sakti. Konon dia memiliki
jimat ampuh untuk melindungi dirinya dari serangan Belanda saat perang
berlangsung. Namun jimat yang dimaksud bukannya sebuah benda, melainkan menjaga
wudhu, sholat tepat waktu, serta mengabdi pada bangsa dan negara.
Jadi jimat sakti Panglima Besar
Jenderal Sudirman itu adalah keistiqomahan menjaga wudlu dan sholat tepat
waktu. Bukan benda sakti yang dikeramatkan, tapi amal ibadah yang dituntunkan
agama.
Sebuah keteladanan yang sempurna. Seorang pahlawan
yang berjuang tanpa pamrih sebab dibangun berdasarkan keimanan yang bersih dan amalan
yang ikhlas.
Penulis Joko Priyono Klaten