Sosok perempuan Klaten satu ini punya pekerjaan yang
aneh tapi unik. Kalau umumnya orang
bekerja mencari duit, tapi perempuan bernama lengkap Titik Budi Rahayu asal
Desa Jongkare, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah memilih
kesenangan dengan merawat orang terlantar,
sakit super parah dan nyaris tak
terobati seperti kanker, stroke sampai orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ.
Anehnya perempuan berusia 45 tahun itu dan akrab
disapa Titik Tiwuk itu tidak digaji.
Kerja itu dilakukan ikhlas gratis tanpa ada yang membayar. Bahkan ia lebih sering merogoh kocek sendiri
demi makan dan merawat pasiennya.
Tidah hanya itu, ia bahkan merawat pasien-pasien
tak beruntung itu di rumahnya sendiri.
Dibantu suami dan anak-anaknya, ia rela merawat dengan penuh kasih sayang yang nyaris hilang dari pasien
yang dirawatnya.
Pasiennya kebanyakan punya penyakit ganas. Mereka kebanyakan mengindap penyakit kanker
stadium lanjut dan lanjut usia yang ditinggalkan anak atau keluarganya. Ada
juga yang menderita stroke dan sebagian ODGJ ( orang dengan gangguan jiwa).
Karena sakit parahnya itu mereka diperlantarkan
keluarganya. Tiwuk menyakini itu. Maka
ia mencoba memberi kasih sayang yang hilang itu. Tidak cuma kasih sayang, tapi Tiwuk dengan hati
merawat mereka sampai detik-detik terakhir ajal menjemput pasiennya sebab sakit
ganas yang menggerogoti.
Kepada marimenyeru.com Tiwuk
bercerita tentang aktifitas kesehariannya merawat orang-orang yang kurang
beruntung itu.
’’Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa,
bersuami seorang buruh sederhana, dan diberkahi tiga anak. Selama tujuh tahun
terakhir (sejak 2018), kami mendedikasikan diri sebagai relawan mandiri. Jadi bukan
di bawah dinas atau yayasan mana pun untuk merawat pasien-pasien terlantar yang
ditinggalkan keluarga dan masyarakat. Mereka yang menderita penyakit berat
seperti stroke total, ODGJ, atau kanker payudara dan serviks stadium lanjut,
yang 100% bergantung pada orang lain” jelasnya.
Perempuan tiga anak yang sekolah di pondok buah pernikahannya dengan Mahmudi itu menikmati pekerjaannya sebagai social worker atau pekerja sosial. Ia mengaku mengawalinya sejak 10 tahun merawat ayah ibunya yang sakit parah.
“Saya pernah merawat bapak dan ibu yang sakit
diabetis dan stroke selama 10 tahun. Jadi
kalau mengantar berobat bapak dan ibu ke rumah sakit itu bergantian. Sampai keduanya
meninggal dunia dunia sekitar 2011. Setelah itu saya menemukan kenikmatan
ketika merawat orang sakit. Dan itu saya
jalani. Memandikan, menggantikan panpers,
menyuapi, membersihkan kotoran sampai ada yang luka parah pasien saya itu di
pantatnya luka mengangga dan ada belatungnya yang harus dibersihkan. Ada juga perempuan
tua yang kanker servik sampai mengeluarkan cairan yang sangat berbau dari alat
vital” kisahnya.
Ditanya tentang awal cerita menjadi pekerja sosial
Tiwuk mengaku semenjak diresmikan poliklinik onkologi RSST Klaten.
“Tahun 2019 ada poliklinik onkologi di RS Suradji
Tirtonegoro (RSST) Klaten. Oleh dokter
spesialis onkologi yakni dr Aryo Anindoto saya diminta menjadi social
worker. Beliau mengatakan menjadi social
worker di mana pun juga tidak dibayar.
Tapi dengan mamtap saya menjawab siap.
Karena saya seperti menemukan kembali kenikmatan merawat orang sakit itu
seperti saat saya merawat orang tua dulu” tambahnya.
Tentang jumlah pasien yang dirawat di rumah pribadinya
sampai tahun 2025, Tiwuk emngatakan sudah banyak. Kebanyakan mereka adalah pasien terlantar dari keluarga ditemukan petugas yang
diserahkan pemerintah karena memang terkendala fasilitas dan dana.
“Saat ini ada 5 pasien yang di rawat di rumah (saya). Ada yang ODGJ, stroke, kanker payudara dan kanker
servik. Kebanyakan kanker yang mereka
derita sudah stadium lanjut. Kalau total sejak 2019 ada sekitar 12 pasien yang
pernah saya rawat dan 7 lainnya sudah meninggal dunia. Mereka semua itu orang
terlantar dengan sakit sangat parah.
Keluarga tidak mau merawat dan pemerintah sendiri belum punya fasilitas
dan dana untuk merawatnya. Biasanya yang
seperti itu lalu diserahkan kepada saya untuk kemudia saya bawa pulang untuk
dirawat” pungkasnya.
Titik Tiwuk punya cara sendiri untuk bahagia. Kalau jamak orang mengejar uang, jabatan dan
kekayaan untuk meraih bahagia. Tapi Tiwuk tidak. Ia menikmati dengan orang lain
yang sakit parah biar pun dia harus kehilangan waktu, tenaga, emosi dan bahkan
hartanya.
Tapi bersama orang sakit dan kesepian itu ia
menemukan bahagia.
Penulis Joko Priyo Utomo Klaten



