• Jelajahi

    Copyright © MARI MENYERU
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    pasang

    Subscribe YouTube

    Belum Ada Rumah Singgah, Titik Tiwuk Asal Klaten Merawat Ikhlas Penyintas Kanker sampai ODGJ di Rumahnya Sendiri , Berikut Kisahnya

    JEPRI JOKO PRIYONO KLATEN
    Minggu, 28 Desember 2025, Desember 28, 2025 WIB Last Updated 2025-12-29T04:35:31Z

     



    Sosok perempuan Klaten satu ini punya pekerjaan yang aneh tapi unik.  Kalau umumnya orang bekerja mencari duit, tapi perempuan bernama lengkap Titik Budi Rahayu asal Desa Jongkare, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah memilih  kesenangan dengan merawat orang terlantar,  sakit super parah dan nyaris tak terobati seperti kanker, stroke sampai orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ.

     

    Anehnya perempuan berusia 45 tahun itu dan akrab disapa Titik Tiwuk itu tidak digaji.  Kerja itu dilakukan ikhlas gratis tanpa ada yang membayar.  Bahkan ia lebih sering merogoh kocek sendiri demi makan dan merawat pasiennya.

     

    Tidah hanya itu, ia bahkan merawat pasien-pasien tak beruntung itu di rumahnya sendiri.  Dibantu suami dan anak-anaknya, ia rela merawat dengan penuh  kasih sayang yang nyaris hilang dari pasien yang dirawatnya.

     

    Pasiennya kebanyakan punya penyakit ganas.  Mereka kebanyakan mengindap penyakit kanker stadium lanjut dan lanjut usia yang ditinggalkan anak atau keluarganya. Ada juga yang menderita stroke dan sebagian ODGJ ( orang dengan gangguan jiwa).

     

    Karena sakit parahnya itu mereka diperlantarkan keluarganya.  Tiwuk menyakini itu. Maka ia mencoba memberi kasih sayang yang hilang itu.  Tidak cuma kasih sayang, tapi Tiwuk dengan hati merawat mereka sampai detik-detik terakhir ajal menjemput pasiennya sebab sakit ganas yang menggerogoti.

    Kepada marimenyeru.com Tiwuk bercerita tentang aktifitas kesehariannya merawat orang-orang yang kurang beruntung itu.

     

    ’’Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, bersuami seorang buruh sederhana, dan diberkahi tiga anak. Selama tujuh tahun terakhir (sejak 2018), kami mendedikasikan diri sebagai relawan mandiri. Jadi bukan di bawah dinas atau yayasan mana pun untuk merawat pasien-pasien terlantar yang ditinggalkan keluarga dan masyarakat. Mereka yang menderita penyakit berat seperti stroke total, ODGJ, atau kanker payudara dan serviks stadium lanjut, yang 100% bergantung pada orang lain” jelasnya.

     

    Perempuan tiga anak yang sekolah di pondok buah pernikahannya dengan Mahmudi itu menikmati pekerjaannya sebagai social worker atau pekerja sosial.  Ia mengaku mengawalinya  sejak 10 tahun merawat ayah ibunya yang sakit parah.

     

    “Saya pernah merawat bapak dan ibu yang sakit diabetis dan stroke selama 10 tahun.  Jadi kalau mengantar berobat bapak dan ibu ke rumah sakit itu bergantian. Sampai keduanya meninggal dunia dunia sekitar 2011. Setelah itu saya menemukan kenikmatan ketika merawat orang sakit.  Dan itu saya jalani.  Memandikan, menggantikan panpers, menyuapi, membersihkan kotoran sampai ada yang luka parah pasien saya itu di pantatnya luka mengangga dan ada belatungnya yang harus dibersihkan. Ada juga perempuan tua yang kanker servik sampai mengeluarkan cairan yang sangat berbau dari alat vital” kisahnya.   

     

    Ditanya tentang awal cerita menjadi pekerja sosial Tiwuk mengaku semenjak diresmikan poliklinik onkologi RSST Klaten. 

     

    “Tahun 2019 ada poliklinik onkologi di RS Suradji Tirtonegoro (RSST) Klaten.  Oleh dokter spesialis onkologi yakni dr Aryo Anindoto saya diminta menjadi social worker.  Beliau mengatakan menjadi social worker di mana pun juga tidak dibayar.  Tapi dengan mamtap saya menjawab siap.  Karena saya seperti menemukan kembali kenikmatan merawat orang sakit itu seperti saat saya merawat orang tua dulu” tambahnya.

     

    Tentang jumlah pasien yang dirawat di rumah pribadinya sampai tahun 2025, Tiwuk emngatakan sudah banyak.  Kebanyakan mereka adalah pasien  terlantar dari keluarga ditemukan petugas yang diserahkan pemerintah karena memang terkendala fasilitas dan dana.

     

    “Saat ini ada 5 pasien yang di rawat di rumah (saya).  Ada yang ODGJ, stroke, kanker payudara dan kanker servik.  Kebanyakan kanker yang mereka derita sudah stadium lanjut. Kalau total sejak 2019 ada sekitar 12 pasien yang pernah saya rawat dan 7 lainnya sudah meninggal dunia. Mereka semua itu orang terlantar dengan sakit sangat parah.  Keluarga tidak mau merawat dan pemerintah sendiri belum punya fasilitas dan dana untuk merawatnya.  Biasanya yang seperti itu lalu diserahkan kepada saya untuk kemudia saya bawa pulang untuk dirawat” pungkasnya.

     

    Titik Tiwuk punya cara sendiri untuk bahagia.  Kalau jamak orang mengejar uang, jabatan dan kekayaan untuk meraih bahagia. Tapi Tiwuk tidak. Ia menikmati dengan orang lain yang sakit parah biar pun dia harus kehilangan waktu, tenaga, emosi dan bahkan hartanya.

     

    Tapi bersama orang sakit dan kesepian itu ia menemukan bahagia.

    Penulis Joko Priyo Utomo Klaten

     

     

     

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini